Selasa, 01 November 2016

Begini Realita Mengerikan di Balik Kedisiplinan Kerja Warga Jepang

Berbicara mengenai kedisiplinan kerja, nampaknya Negeri Matahari Terbit sudah tak perlu diragukan lagi. Jepang memang tersohor dengan kedisiplinan dan tingkat produktivitas yang tinggi.

Berkat budaya kerjanya itu maka mereka menjadi bangsa yang tingkat ekonominya sejajar dengan negara-negara maju di Eropa dan Amerika.

Tingkat kedisiplinan orang Jepang ini sudah terbilang cukup ekstrem, hanya 33 % karyawannya yang mau memanfaatkan jatah cutinya untuk berlibur lho, sedangkan sisanya lebih memilih untuk tetap bekerja.

Jadi, dengan kinerja seperti itu, wajar kan kalau bangsa ini disebut workaholic. Namun tahukah kamu, di balik itu semua ada fakta tersembunyi yang sangat mengerikan.


Telah dilansir tribuntravel.com dari nextshark pada tahun lalu, para ahli percaya ribuan orang Jepang telah meninggal karena karoshi, walaupun menurut data dari Kementerian Tenaga Kerja yang didokumentasikan hanya ada 189 kasus orang mati karena karoshi. Karoshi adalah kematian yang disebabkan karena kerja berlebih terus-terusan.

Dilansir oleh tribuntravel.com dari Washington Post, menurut penuturan Koji Morioka, Profesor dari Universitas Kasai, karoshi dapat menyebabkan serangan jantung, stroke atau bahkan penyebab bunuh diri yang disebabkan karena stres kerja.

Karoshi banyak terlihat pada laki-laki, namun jumlahnya juga semakin meningkat di kalangan perempuan. Kebanyakan mereka yang terserang adalah umur 20-an tahun.

Budaya workaholic sudah dimulai sejak tahun 1970-an sebagai satu upaya untuk memaksimalkan penghasilan. Namun sayangnya, budaya itu lama kelamaan mempunyai dampak yang mengerikan.

Negeri sakura mempunyai standart kerja 40 jam dalam seminggu, tetapi banyak karyawannya lebih memilih lembur untuk memastikan keamanan kerja.

Penelitian yang disurvei dengan jumlah 19.583 karyawan dari 1.743 perusahaan antara bulan desember 2015 hingga januari 2016, ditemukan sedikitnya 23 % melakukan kerja lembur lebih dari 80 jam kerja.

Dari 23 %, 11 persennya melakukan jam kerja antara 80 hingga 100 jam, sedangkan 12 persennya menghabiskan lebih dari 100 jam kerja.


Jam kerja ekstrem inilah yang membuat pekerjanya banyak terserang karoshi, mulai dari serangan jantung hingga stroke dan meninggal.

Pada aturannya setiap keluarga yang ditinggalkan berhak mendapatkan kompensasi, tetapi sebagian besar yang mengajukan permohonan berakhir gagal.

Pengusaha yang tidak etis mengiming-imingi pelamar dengan tawaran kerja fulltime dengan jam kerja yang masuk akal. Setelah berhasil, kandidat diberikan kontrak yang tidak sesuai dan mengharuskan kerja lebih lama.

Nah, itulah fakta miris tentang pekerja Jepang.

Jika traveler berkunjung ke negeri sakura, jangan kaget atau bingung ketika melihat orang terkantuk-kantuk di jalan ataupun di dalam kereta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar