Liputan6.com, Jakarta - Perasaan jatuh cinta
adalah sesuatu yang mengandung banyak kontradiksi, mudah kita pahami,
tapi sekaligus menyimpan seribu misteri. Bagaimana dia hadir, dan kenapa
dia bisa berakhir ataupun bertahan.
Situs psikologi spring.org yang dilansir pada Rabu (26/10/2016), mengungkapnya berikut ini.
1. Butuh waktu hanya seperlima detik untuk jatuh cinta
Cinta bisa datang begitu tiba-tiba. Hanya sekedip mata, ketika kita
menatap seseorang, hanya butuh waktu seperlima detik pesan dari saraf
bereaksi di otak. Tahukah Anda, ada 12 area saraf otak yang terlibat
saat orang jatuh cinta. Ketika kita tengah memikirkan seseorang yang kita cintai, saat itulah kita melepaskan hormon neurotransmitter ke seluruh otak, termasuk di antaranya, oksitosin, dopamin, vasopressin, dan adrenalin.
2. Perbedaan antara cinta dan hasrat seksual
Perbedaan saraf antara cinta dan hasrat seksual saling tumpang
tindih, yang kadang sulit dibedakan, namun sebetulnya kedua hal ini sama
sekali berbeda. Pada hasrat seksual, area yang aktif adalah
emosi dasar, melibatkan motivasi, dan area berpikir. Sedangkan cinta,
berdiri melampaui hasrat seksual.
3. Berciuman membantu kita memilih pasangan
Dua penelitian tentang ciuman menemukan bahwa selain membuat
seseorang merasa seksi, berciuman juga membuat seseorang menjadi lebih
yakin dengan pasangannya dan ingin bertahan. Menurut survei ini, bagi
wanita, berciuman adalah hal yang amat penting. Sedangkan, bagi pria
ataupun wanita yang sering berkencan, berciuman
adalah salah satu tes penting untuk mengecek kandidat kencan,
apakah hubungan layak dilanjutkan atau tidak. Peneliti juga menemukan
adanya hubungan antara banyaknya ciuman dengan pola hubungan jangka
panjang dan kualitas hubungan. Ciuman ternyata memengaruhi kualitas
hubungan. Namun demikian, berbeda dengan kuantitas seks, peneliti tidak
menemukan kaitan antara kuantitas seks dengan tingkat kepuasan dalam
hubungan.
4. Pasangan terlihat semakin mirip setelah 25 tahun bersama
Kita seringkali melihat, mereka yang sudah menikah dalam waktu yang
cukup lama, jika diperhatikan ada kemiripan pada mimik dan raut muka.
Menurut mitos yang berkembang, mirip itu artinya memang berjodoh. Namun,
bagaimana penjelasannya? Secara ilmiah, kemiripan itu bisa jadi
disebabkan oleh kesamaan asupan makanan dan lingkungan. Secara
psikologis, kepribadian yang saling memengaruhi dan juga empati yang
ditujukan selama bertahun-tahun, turut membentuk kemiripan.
5. Hubungan jarak jauh bisa bertahan
Banyak orang beranggapan, hubungan jarak jauh
adalah sesuatu yang mustahil. Sayangnya, situasi menentukan lain.
Bukankah, tidak semua orang bisa memilih kondisi yang ideal? Dari sudut
pandang psikologis, ada dua faktor yang bisa membuat hubungan tetap
terjaga, yakni saling berbagi informasi secara intim dan punya pandangan
yang sama tentang pasangan yang ideal.
Jika kedua hal ini terpenuhi, maka pasangan yang menjalani hubungan
jarak jauh ini memiliki tingkat kepuasan dan stabilitas yang sama
dibandingkan dengan pasangan yang bersama-sama secara geografis.
6. Pernikahan modern adalah sarana pemenuhan diri (self-fulfilment)
Lembaga pernikahan telah mengalami perubahan secara signifikan dalam
beberapa dekade ini. Kalau dulu, motivasi orang menikah karena mencari
kemapanan dan keamanan, sekarang orang menginginkan pemenuhan psikologis
dari pernikahannya, serta bagian dari aktualisasi diri. Untuk itu,
masing-masing pasangan perlu menginvestasikan cukup waktu dan usaha
untuk bisa mencapainya. Sayangnya, inilah yang seringkali diabaikan.
Ketika dua hal itu tidak bisa terpenuhi, sebaiknya pasangan perlu
menurunkan tingkat ekspektasinya, untuk meminimalkan kekecewaan.
7. Menonton film bareng bisa meminimalkan kunjungan ke terapi
Sebuah penelitian yang dilakukan selama tiga tahun menemukan bahwa
angka perceraian bisa turun hingga separuh setelah pasangan diminta
menonton film yang menggambarkan tentang kehidupan pernikahan dan
mendiskusikannya bersama pasangan.
Ronald Rogge, psikolog yang melakukan penelitian ini, mengatakan,
”Suami istri yang bisa menganalisis dan mengevaluasi hubungan mereka,
tak perlu pergi ke terapis. Mereka juga rendah risiko untuk bercerai,”
tuturnya.
8. Uang bukan segalanya
Di era yang serba komersil seperti sekarang, segala sesuatu bisa
diperjual belikan. Banyak orang beranggapan, cinta bisa dibeli dengan
menghujani hadiah pada pasangan. Padahal, tidak selalu demikian.
‘Hadiah’ tidak harus sesuatu yang membutuhkan uang. Sikap dan hal-hal
kecil terkadang jauh lebih bernilai dalam menyiram cinta daripada hadiah
mahal. Membuatkan teh, membantu membereskan pekerjaan rumah, atau
pujian-pujian kecil, adalah hal yang bisa menguatkan cinta tanpa keluar uang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar