Saat belajar mata pelajaran sejarah di sekolah, kita akan tahu kalau Indonesia memiliki banyak sejarah yang legendaris, bahkan dimulai dari zaman-zaman kerajaan pada dahulu kala. Indonesia menyimpan banyak cerita, yang dianggap benar dan diterima oleh masyarakat, dan yang akhirnya menjadi sebuah legenda yang terekam hingga saat ini.
Di antara sejarah yang melegenda tersebut, kisah tentang cinta juga enggak luput dari perhatian. Banyak kisah cinta legendaris Indonesia yang sering kita dengar dan tetap membuat terperangah oleh akhir cerita yang enggak seindah cerita dongeng.
Ini 5 kisah cinta legendaris Indonesia yang berakhir dengan tragis :
Tan Bun Ann – Siti Fatimah
Kisah cinta Tan Bun Ann dan Siti Fatimah konon merupakan asal mula terciptanya Pulau Kemaro. Tan Bun Ann, pangeran asal China, yang jatuh cinta pada Siti Fatimah, putri Palembang dan berniat untuk melamarnya. Orang tua Siti memberikan beberapa persyaratan. Di antaranya Tan harus mempersiapkan sembilan guci berisikan emas. Permintaan tersebut dipenuhi oleh keluarga Tan yang berada di negeri China.
Namun, untuk menghindari ancaman bajak laut dari China ke Palembang, guci berisi emas itu ditutupi oleh asinan dan sayuran. Setibanya di Palembang, Tan memeriksa guci tersebut dan sayangnya, ia hanya menemukan sayuran dan asinan yang sudah membusuk. Tan begitu marah dan juga kecewa hingga membuatnya membuang seluruh guci ke Sungai Musi, tetapi pada guci terakhir yang terhempas pada dinding kapal dan pecah, terlihatlah kepingan emas ada di dalamnya.
Tan Bun Ann menyesal dan mengambil keputusan untuk terjun ke Sungai Musi, namun kemudian ia tenggelam. Melihat kejadian tersebut, calon istrinya, Siti Fatimah, itu terjun ke sungai dan berpesan, “Jika ada tanah yang tumbuh di Sungai Musi ini, maka di situlah kuburan kami.” Terbukti, ada sebuah pulai di tengah Sungai Musi dan sekarang dinamakan Pulau Kemaro.
Jayaprana – Layonsari
Legenda ini datang dari Bali, Jayaprana, seorang yatim piatu yang dibesarkan oleh penguasa desa Kalianget. Ia jatuh cinta pada Nyoman Layonsari, cewek dari desa tetangga, Banjar, dan menikahinya. Namun, penguasa desa yang telah membesarkan Jayaprana jatuh cinta juga pada Layonsari dan berniat untuk membunuh Jayaprana untuk mendapatkan Layonsari.
Ia membuat rencana mengirim Jayaprana beserta para tentara untuk melawan pasukan bajak laut yang katanya berada di Bali bagian barat laut. Singkat cerita, Jayaprana tewas terbunuh. Ketika penguasa desa tersebut meminta Layonsari untuk menikah dengannya, ia menolak dan memilih untuk tetap setia pada suaminya. Akhir cerita, Layonsari memilih bunuh diri.
Hayam Wuruk – Dyah Pitaloka Citraresmi
Kisah cinta keduanya dianggap sebagai pemicu Perang Bubat dan membuat berkembangnya mitos suku Jawa dilarang menikah dengan suku Sunda. Raja Majapahit ke-4, yaitu Hayam Wuruk jatuh cinta pada Putri Dyah Pitaloka Citraresmi dan ingin menikahinya. Hayam Wuruk jatuh cinta dengan Putri Dyah Pitaloka karena beredar lukisannya di Majapahit.
Selain itu, ada unsur politis juga yaitu, Kerajaan Majapahit ingin bersekutu dengan Negeri Sunda. Hayam Wuruk pun mengirim surat pada Maharaja Linggabuana, ayah dari Putri Pitaloka. Surat tersebut diterima dengan baik. Pernikahan akan segera diselenggarakan.
Maharaja Linggabuana datang bersama rombongannya ke Majapahit dan singgah di Pesanggrahan Bubat. Melihat pasukan Sunda, muncul niat lain dari Gajah Mada yang ingin menaklukan tanah Pasundan. Gajah Mada lantas menganggap rombongan Maharaja Linggabuana sebagai bentuk penyerahan diri pada Majapahit.
Gajah Mada juga mendesak Hayam Wuruk menerima Putri Pitaloka bukan sebagai pengantin melainkan tanda penaklukkan tanah Sunda oleh orang Jawa. Peperangan pun akhirnya enggak bisa dielakkan. Maharaja Linggabuana tewas dalam Perang Bubat. Putri Pitaloka akhirnya bunuh diri. Hayam Wuruk meratapi kematian Putri Pitaloka. Kisah tragis ini dimuat dalam Kidung Sundayana.
Bandung Bondowoso – Roro Jonggrang
Kisah cinta yang merupakan legenda dari Candi Prambanan ini terkenal banget. Dikisahkan Roro Jonggrang, puteri dari Raja Boko yang cantik dan anggun membuat cowok dari daerah Pengging bernama Bandung Bondowoso jatuh cinta dan berniat menikahinya. Roro Jonggrang enggak mencintai Bandung Bondowoso, maka ia memberikan syarat untuk strategi menolak pinangan tersebut. Roro Jonggrang memberi syarat dibuatkan 1000 candi dalam waktu semalam.
Bandung Bondowoso menyanggupinya, ia bersemedi untuk mendapatkan kekuatan. Menjelang matahari terbit, pembangunan candi hampir selesai. Roro Jonggrang pun cemas dan berusaha mencegahnya. Ia meminta semua putri desa untuk membakar jerami dan memukul lesung, supaya terkesan hari menjelang fajar. Pembangunan candi akhirnya belum selesai dan tinggal satu lagi.
Bandung Bondowoso mengetahui kecurangan Roro Jonggrang. Dia marah banget pada Roro Jonggrang dan mengatakan, “Kurang satu tambah engkau sendiri.” Setelah itu, Roro Jonggrang berubah jadi arca.
Raden Baron Kusuma – Dewi Anjarwati
Raden Baron Kusuma dan Dewi Anjarwati saling mencintai dan baru saja menikah. Raden Baron berniat membawa Dewi untuk mengunjungi orangtuanya yaitu di Gunung Anjasmara. Hanya saja sempat dilarang oleh orangtua Dewi karena pengantin baru katanya enggak boleh pergi jauh dulu. Namun, Raden Baron dan Dewi Anjarwati tetap nekat pergi, ditemani 4 pembantu.
Di tengah perjalanan, Dewi kehausan dan minta dicarikan air oleh suaminya. Raden Baron Kusuma pergi mencari air sampai menemukan sebuah sungai yang jernih sekali airnya. Raden Baron menelusuri sumber air tersebut karena timbul rasa penasaran. Raden Baron akhirnya menemukan sumber mata airt tersebut yaitu sebuah air terjun (coban).
Sekembalinya Raden Baron, terkejutlah ia karena ada pemuda asing yang berniat mendekati istrinya. Cowok itu bernama Joko Lelono yang ingin merebut Dewi Anjarwati. Raden Baron marah besar dan menantang Joko Lelono. Pertengkaran enggak bisa dihindari. Hanya saja, saat itu Dewi Anjarwati diamankan ke tempat air terjun yang tadi Raden Baron temukan.
Dewi Anjarwati menunggu suaminya dengan setia yang enggak kunjung datang. Ia enggak tahu kalau suaminya sudah mati terbunuh. Air terjun tersebut sekarang adalah Air Terjun Coban Rondo yang terdapat di Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar